Mataram - Tim dari Kementerian Kehutanan, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat mulai Sabtu, 19 Oktober 2013 akan melakukan survei potensi Gunung Tambora untuk dijadikan Taman Nasional.
Usulan Taman Nasional Tambora itu diajukan oleh Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi kepada Kementerian Kehutanan melalui suratnya yang bernomor 520/294/Ekon tertanggal 11 April 2013.
Taman Nasional ini diharapkan bisa diresmikan pada peringatan dua abad meletusnya Gunung Tambora, 10 April 2015. "Peluang pemanfaatannya lebih besar. Contohnya sebagai geowisata," kata Perekayasa Utama Fungsional Museum Geologi Kementerian Energi, Heryadi Rachmat kepada Tempo, Jum'at 18 Oktober 2013.
Gunung Tambora selama ini statusnya hanya berupa cagar alam dengan luas 23.840,81 hektare (ha); suaka margasatwa seluas 21.674,68 ha; dan taman buru seluas 26.130,25 ha.
Menurut Heryadi, Gunung Tambora, memiliki pemandangan yang indah dan sejarah letusan yang sangat menarik. "Di sana ada air panas, sungai air tawar, danau kecil, dan kubah baru," ucap Heryadi. Sebelum meletus, tinggi Gunung Tambora diperkirakan mencapai 4.200 meter.
Letusan Gunung Tambora pada 1815 adalah yang terdahsyat di dunia. Akibat letusannya yang berkekuatan 10 kali lipat dari letusan Krakatau, terbentuklah kaldera sedalam satu kilometer. Letusan beradius tujuh kilometer dan menewaskan sekitar 10.000 penduduk Kerajaan Tambora dan 117.000 penduduk tiga kerajaan lokal di sekitarnya, termasuk Kerajaan Pekat dan Sanggar yang kini wilayahnya termasuk dalam Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima.
Usulan Taman Nasional Tambora itu diajukan oleh Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi kepada Kementerian Kehutanan melalui suratnya yang bernomor 520/294/Ekon tertanggal 11 April 2013.
Taman Nasional ini diharapkan bisa diresmikan pada peringatan dua abad meletusnya Gunung Tambora, 10 April 2015. "Peluang pemanfaatannya lebih besar. Contohnya sebagai geowisata," kata Perekayasa Utama Fungsional Museum Geologi Kementerian Energi, Heryadi Rachmat kepada Tempo, Jum'at 18 Oktober 2013.
Gunung Tambora selama ini statusnya hanya berupa cagar alam dengan luas 23.840,81 hektare (ha); suaka margasatwa seluas 21.674,68 ha; dan taman buru seluas 26.130,25 ha.
Menurut Heryadi, Gunung Tambora, memiliki pemandangan yang indah dan sejarah letusan yang sangat menarik. "Di sana ada air panas, sungai air tawar, danau kecil, dan kubah baru," ucap Heryadi. Sebelum meletus, tinggi Gunung Tambora diperkirakan mencapai 4.200 meter.
Letusan Gunung Tambora pada 1815 adalah yang terdahsyat di dunia. Akibat letusannya yang berkekuatan 10 kali lipat dari letusan Krakatau, terbentuklah kaldera sedalam satu kilometer. Letusan beradius tujuh kilometer dan menewaskan sekitar 10.000 penduduk Kerajaan Tambora dan 117.000 penduduk tiga kerajaan lokal di sekitarnya, termasuk Kerajaan Pekat dan Sanggar yang kini wilayahnya termasuk dalam Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima.
